DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PEMURAH LAGI MAHA PENYAYANG HANYA PADAMU KU MENDAMBA KASIH DAN RAHMAT ENGKAULAH TUHAN SEKALIAN ALAM INI

Jun 25, 2007

Sejarah Uwais Al-Qarni


Pada zaman Nabi Muhammad SAW, ada seorang pemuda bermata biru,rambutnya merah, pundaknya lapang panjang, berpenampilan cukup tampan,kulitnya kemerah-merahan, dagunya menempel di dada selalu melihat padatempat sujudnya, tangan kanannya menumpang pada tangan kirinya, ahlimembaca Al Qur’an dan menangis, pakaiannya hanya dua helai sudah kusutyang satu untuk penutup badan dan yang satunya untuk selendangan,tiada orang yang menghiraukan, tak dikenal oleh penduduk bumi akantetapi sangat terkenal di langit.
Dia, jika bersumpah demi Allah pasti terkabul. Pada hari kiamat nantiketika semua ahli ibadah dipanggil disuruh masuk surga, dia justrudipanggil agar berhenti dahulu dan disuruh memberi syafa’at, ternyataAllah memberi izin dia untuk memberi syafa’at sejumlah qobilah Robi’ahdan qobilah Mudhor, semua dimasukkan surga tak ada yang ketinggalankarenanya. Dia adalah “Uwais al-Qarni”. Ia tak dikenal banyak orangdan juga miskin, banyak orang suka menertawakan, mengolok-olok, danmenuduhnya sebagai tukang membujuk, tukang mencuri serta berbagaimacam umpatan dan penghinaan lainnya.
Seorang fuqoha’ negeri Kuffah, karena ingin duduk dengannya,memberinya hadiah dua helai pakaian, tapi tak berhasil dengan baik,karena hadiah pakaian tadi diterima lalu dikembalikan lagi olehnyaseraya berkata : “Aku khawatir, nanti sebagian orang menuduh aku, darimana kamu dapatkan pakaian itu, kalau tidak dari membujuk pasti darimencuri”.
Pemuda dari Yaman ini telah lama menjadi yatim, tak punya sanak familikecuali hanya ibunya yang telah tua renta dan lumpuh. Hanyapenglihatan kabur yang masih tersisa. Untuk mencukupi kehidupannyasehari-hari, Uwais bekerja sebagai penggembala kambing. Upah yangditerimanya hanya cukup untuk sekedar menopang kesehariannya bersamaSang ibu, bila ada kelebihan, ia pergunakan untuk membantu tetangganyayang hidup miskin dan serba kekurangan seperti keadaannya.Kesibukannya sebagai penggembala domba dan merawat ibunya yang lumpuhdan buta, tidak mempengaruhi kegigihan ibadahnya, ia tetap melakukanpuasa di siang hari dan bermunajat di malam harinya.
Uwais al-Qarni telah memeluk Islam pada masa negeri Yaman mendengarseruan Nabi Muhammad SAW. yang telah mengetuk pintu hati mereka untukmenyembah Allah, Tuhan Yang Maha Esa, yang tak ada sekutu bagi-Nya.Islam mendidik setiap pemeluknya agar berakhlak luhur.Peraturan-peraturan yang terdapat di dalamnya sangat menarik hatiUwais, sehingga setelah seruan Islam datang di negeri Yaman, ia segeramemeluknya, karena selama ini hati Uwais selalu merindukan datangnyakebenaran. Banyak tetangganya yang telah memeluk Islam, pergi keMadinah untuk mendengarkan ajaran Nabi Muhammad SAW secara langsung.Sekembalinya di Yaman, mereka memperbarui rumah tangga mereka dengancara kehidupan Islam.
Alangkah sedihnya hati Uwais setiap melihat tetangganya yang barudatang dari Madinah. Mereka itu telah “bertamu dan bertemu” dengankekasih Allah penghulu para Nabi, sedang ia sendiri belum.Kecintaannya kepada Rasulullah menumbuhkan kerinduan yang kuat untukbertemu dengan sang kekasih, tapi apalah daya ia tak punya bekal yangcukup untuk ke Madinah, dan yang lebih ia beratkan adalah sang ibuyang jika ia pergi, tak ada yang merawatnya.
Di ceritakan ketika terjadi perang Uhud Rasulullah SAW mendapat cederadan giginya patah karena dilempari batu oleh musuh-musuhnya. Kabar iniakhirnya terdengar oleh Uwais. Ia segera memukul giginya dengan batuhingga patah. Hal tersebut dilakukan sebagai bukti kecintaannya kepadabeliau SAW, sekalipun ia belum pernah melihatnya. Hari berganti danmusim berlalu, dan kerinduan yang tak terbendung membuat hasrat untukbertemu tak dapat dipendam lagi. Uwais merenungkan diri dan bertanyadalam hati, kapankah ia dapat menziarahi Nabinya dan memandang wajahbeliau dari dekat ? Tapi, bukankah ia mempunyai ibu yang sangatmembutuhkan perawatannya dan tak tega ditingalkan sendiri, hatinyaselalu gelisah siang dan malam menahan kerinduan untuk berjumpa.Akhirnya, pada suatu hari Uwais mendekati ibunya, mengeluarkan isihatinya dan memohon izin kepada ibunya agar diperkenankan pergimenziarahi Nabi SAW di Madinah. Sang ibu, walaupun telah uzur, merasaterharu ketika mendengar permohonan anaknya. Beliau memaklumi perasaanUwais, dan berkata : “Pergilah wahai anakku ! temuilah Nabi dirumahnya. Dan bila telah berjumpa, segeralah engkau kembali pulang”.Dengan rasa gembira ia berkemas untuk berangkat dan tak lupamenyiapkan keperluan ibunya yang akan ditinggalkan serta berpesankepada tetangganya agar dapat menemani ibunya selama ia pergi.
Sesudah berpamitan sambil menciumi sang ibu, berangkatlah Uwais menujuMadinah yang berjarak kurang lebih empat ratus kilometer dari Yaman.Medan yang begitu ganas dilaluinya, tak peduli penyamun gurun pasir,bukit yang curam, gurun pasir yang luas yang dapat menyesatkan danbegitu panas di siang hari, serta begitu dingin di malam hari,semuanya dilalui demi bertemu dan dapat memandang sepuas-puasnya parasbaginda Nabi SAW yang selama ini dirindukannya. Tibalah Uwais al-Qarnidi kota Madinah. Segera ia menuju ke rumah Nabi SAW, diketuknya pinturumah itu sambil mengucapkan salam. Keluarlah sayyidatina ‘Aisyahr.a., sambil menjawab salam Uwais. Segera saja Uwais menanyakan Nabiyang ingin dijumpainya. Namun ternyata beliau SAW tidak berada dirumah melainkan berada di medan perang. Betapa kecewa hati sangperindu, dari jauh ingin berjumpa tetapi yang dirindukannya tak beradadi rumah. Dalam hatinya bergolak perasaan ingin menunggu kedatanganNabi SAW dari medan perang. Tapi, kapankah beliau pulang ? Sedangkanmasih terngiang di telinga pesan ibunya yang sudah tua dansakit-sakitan itu, agar ia cepat pulang ke Yaman,” Engkau harus lekaspulang”. Karena ketaatan kepada ibunya, pesan ibunya tersebut telahmengalahkan suara hati dan kemauannya untuk menunggu dan berjumpadengan Nabi SAW. Ia akhirnya dengan terpaksa mohon pamit kepadasayyidatina ‘Aisyah r.a. untuk segera pulang ke negerinya. Dia hanyamenitipkan salamnya untuk Nabi SAW dan melangkah pulang denganperasaan haru.
Sepulangnya dari perang, Nabi SAW langsung menanyakan tentangkedatangan orang yang mencarinya. Nabi Muhammad SAW menjelaskan bahwaUwais al-Qarni adalah anak yang taat kepada ibunya. Ia adalah penghunilangit (sangat terkenal di langit). Mendengar perkataan bagindaRosulullah SAW, sayyidatina ‘Aisyah r.a. dan para sahabatnya tertegun.Menurut informasi sayyidatina ‘Aisyah r.a., memang benar ada yangmencari Nabi SAW dan segera pulang kembali ke Yaman, karena ibunyasudah tua dan sakit-sakitan sehingga ia tidak dapat meninggalkanibunya terlalu lama. Rosulullah SAW bersabda : “Kalau kalian inginberjumpa dengan dia (Uwais al-Qarni), perhatikanlah, ia mempunyaitanda putih di tengah-tengah telapak tangannya.” Sesudah itu beliauSAW, memandang kepada sayyidina Ali k.w. dan sayyidina Umar r.a. danbersabda : “Suatu ketika, apabila kalian bertemu dengan dia, mintalahdo’a dan istighfarnya, dia adalah penghuni langit dan bukan penghunibumi”.
Tahun terus berjalan, dan tak lama kemudian Nabi SAW wafat, hinggakekhalifahan sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq r.a. telah di estafetkanKhalifah Umar r.a. Suatu ketika, khalifah Umar teringat akan sabdaNabi SAW. tentang Uwais al-Qarni, sang penghuni langit. Beliau segeramengingatkan kepada sayyidina Ali k.w. untuk mencarinya bersama. Sejakitu, setiap ada kafilah yang datang dari Yaman, beliau berdua selalumenanyakan tentang Uwais al-Qorni, apakah ia turut bersama mereka.Diantara kafilah-kafilah itu ada yang merasa heran, apakah sebenarnyayang terjadi sampai-sampai ia dicari oleh beliau berdua. Rombongankafilah dari Yaman menuju Syam silih berganti, membawa barang daganganmereka.
Suatu ketika, Uwais al-Qorni turut bersama rombongan kafilah menujukota Madinah. Melihat ada rombongan kafilah yang datang dari Yaman,segera khalifah Umar r.a. dan sayyidina Ali k.w. mendatangi mereka danmenanyakan apakah Uwais turut bersama mereka. Rombongan itu mengatakanbahwa ia ada bersama mereka dan sedang menjaga unta-unta mereka diperbatasan kota. Mendengar jawaban itu, beliau berdua bergegas pergimenemui Uwais al-Qorni. Sesampainya di kemah tempat Uwais berada,Khalifah Umar r.a. dan sayyidina Ali k.w. memberi salam. Namun rupanyaUwais sedang melaksanakan sholat. Setelah mengakhiri shalatnya, Uwaismenjawab salam kedua tamu agung tersebut sambil bersalaman. Sewaktuberjabatan, Khalifah Umar segera membalikkan tangan Uwais, untukmembuktikan kebenaran tanda putih yang berada ditelapak tangan Uwais,sebagaimana pernah disabdakan oleh baginda Nabi SAW. Memang benar !Dia penghuni langit. Dan ditanya Uwais oleh kedua tamu tersebut,siapakah nama saudara ? “Abdullah”, jawab Uwais. Mendengar jawabanitu, kedua sahabatpun tertawa dan mengatakan : “Kami juga Abdullah,yakni hamba Allah. Tapi siapakah namamu yang sebenarnya ?” Uwaiskemudian berkata: “Nama saya Uwais al-Qorni”. Dalam pembicaraanmereka, diketahuilah bahwa ibu Uwais telah meninggal dunia. Itulahsebabnya, ia baru dapat turut bersama rombongan kafilah dagang saatitu. Akhirnya, Khalifah Umar dan Ali k.w. memohon agar Uwais berkenanmendo’akan untuk mereka. Uwais enggan dan dia berkata kepada khalifah:“Sayalah yang harus meminta do’a kepada kalian”. Mendengar perkataanUwais, Khalifah berkata: “Kami datang ke sini untuk mohon do’a danistighfar dari anda”. Karena desakan kedua sahabat ini, Uwais al-Qorniakhirnya mengangkat kedua tangannya, berdo’a dan membacakan istighfar.Setelah itu Khalifah Umar r.a. berjanji untuk menyumbangkan uangnegara dari Baitul Mal kepada Uwais, untuk jaminan hidupnya. Segerasaja Uwais menolak dengan halus dengan berkata : “Hamba mohon supayahari ini saja hamba diketahui orang. Untuk hari-hari selanjutnya,biarlah hamba yang fakir ini tidak diketahui orang lagi”.
Setelah kejadian itu, nama Uwais kembali tenggelam tak terdengarberitanya. Tapi ada seorang lelaki pernah bertemu dan di tolong olehUwais , waktu itu kami sedang berada di atas kapal menuju tanah Arabbersama para pedagang, tanpa disangka-sangka angin topan berhembusdengan kencang. Akibatnya hempasan ombak menghantam kapal kamisehingga air laut masuk ke dalam kapal dan menyebabkan kapal semakinberat. Pada saat itu, kami melihat seorang laki-laki yang mengenakanselimut berbulu di pojok kapal yang kami tumpangi, lalu kamimemanggilnya. Lelaki itu keluar dari kapal dan melakukan sholat diatas air. Betapa terkejutnya kami melihat kejadian itu. “Wahaiwaliyullah,” Tolonglah kami !” tetapi lelaki itu tidak menoleh. Lalukami berseru lagi,” Demi Zat yang telah memberimu kekuatan beribadah,tolonglah kami!”Lelaki itu menoleh kepada kami dan berkata: “Apa yangterjadi ?” “Tidakkah engkau melihat bahwa kapal dihembus angin dandihantam ombak ?”tanya kami. “Dekatkanlah diri kalian pada Allah !“katanya. “Kami telah melakukannya.” “Keluarlah kalian dari kapaldengan membaca bismillahirrohmaanirrohiim!” Kami pun keluar dari kapalsatu persatu dan berkumpul di dekat itu. Pada saat itu jumlah kamilima ratus jiwa lebih. Sungguh ajaib, kami semua tidak tenggelam,sedangkan perahu kami berikut isinya tenggelam ke dasar laut. Laluorang itu berkata pada kami ,”Tak apalah harta kalian menjadi korbanasalkan kalian semua selamat”. “Demi Allah, kami ingin tahu, siapakahnama Tuan ? “Tanya kami. “Uwais al-Qorni”. Jawabnya dengan singkat.Kemudian kami berkata lagi kepadanya, “Sesungguhnya harta yang ada dikapal tersebut adalah milik orang-orang fakir di Madinah yang dikirimoleh orang Mesir.” “Jika Allah mengembalikan harta kalian. Apakahkalian akan membagi-bagikannya kepada orang-orang fakir di Madinah?”tanyanya.”Ya,”jawab kami. Orang itu pun melaksanakan sholat dua rakaatdi atas air, lalu berdo’a. Setelah Uwais al-Qorni mengucap salam,tiba-tiba kapal itu muncul ke permukaan air, lalu kami menumpanginyadan meneruskan perjalanan. Setibanya di Madinah, kami membagi-bagikanseluruh harta kepada orang-orang fakir di Madinah, tidak satupun yangtertinggal.
Beberapa waktu kemudian, tersiar kabar kalau Uwais al-Qorni telahpulang ke rahmatullah. Anehnya, pada saat dia akan dimandikantiba-tiba sudah banyak orang yang berebutan untuk memandikannya. Danketika dibawa ke tempat pembaringan untuk dikafani, di sana sudah adaorang-orang yang menunggu untuk mengkafaninya. Demikian pula ketikaorang pergi hendak menggali kuburnya. Di sana ternyata sudah adaorang-orang yang menggali kuburnya hingga selesai. Ketika usungandibawa menuju ke pekuburan, luar biasa banyaknya orang yang berebutanuntuk mengusungnya. Dan Syeikh Abdullah bin Salamah menjelaskan,“ketika aku ikut mengurusi jenazahnya hingga aku pulang darimengantarkan jenazahnya, lalu aku bermaksud untuk kembali ke tempatpenguburannya guna memberi tanda pada kuburannya, akan tetapi sudahtak terlihat ada bekas kuburannya. (Syeikh Abdullah bin Salamah adalahorang yang pernah ikut berperang bersama Uwais al-Qorni pada masapemerintahan sayyidina Umar r.a.)
Meninggalnya Uwais al-Qorni telah menggemparkan masyarakat kota Yaman.Banyak terjadi hal-hal yang amat mengherankan. Sedemikian banyaknyaorang yang tak dikenal berdatangan untuk mengurus jenazah danpemakamannya, padahal Uwais adalah seorang fakir yang tak dihiraukanorang. Sejak ia dimandikan sampai ketika jenazahnya hendak diturunkanke dalam kubur, di situ selalu ada orang-orang yang telah siapmelaksanakannya terlebih dahulu. Penduduk kota Yaman tercengang.Mereka saling bertanya-tanya : “Siapakah sebenarnya engkau wahai Uwaisal-Qorni ? Bukankah Uwais yang kita kenal, hanyalah seorang fakir yangtak memiliki apa-apa, yang kerjanya hanyalah sebagai penggembala dombadan unta ? Tapi, ketika hari wafatmu, engkau telah menggemparkanpenduduk Yaman dengan hadirnya manusia-manusia asing yang tidak pernahkami kenal. Mereka datang dalam jumlah sedemikian banyaknya. Agaknyamereka adalah para malaikat yang di turunkan ke bumi, hanya untukmengurus jenazah dan pemakamannya. Baru saat itulah penduduk Yamanmengetahuinya siapa “Uwais al-Qorni” ternyata ia tak terkenal di bumitapi terkenal di langit.